Insya Usbu’ain: Merangkai Kata dengan Bahasa Asing
Foto: dok. condong-online
Kali ini penulis akan mengenalkan anda tentang salah satu kegiatan mingguan yang rutin digalakan oleh bagian LAC (Language Advisory Council) di pesantren Condong untuk meninggkatkan kemampuan berbahasa santri! Kegiatan ini cenderung unik, karena berbeda dengan kegiatan kebahasaan pondok pada biasanya. Selain diadakan selama 2 minggu sekali, kegiatan ini juga berbentuk writing (menulis).
CONDONG-ONLINE - Insya Usbu’ain atau bisa kita artikan dengan karangan dua mingguan ini adalah kegiatan berupa menulis baik itu karangan fiksi maupun opini yang diselenggarakan secara berkala yaitu dua minggu sekali. Berbeda dengan karangan pada umumnya, sesuai dengan namanya, bahasa yang digunakan dalam mengarang adalah bahasa Arab dan Inggris.
Biasanya, LAC akan mengumumkan pilihan judul dan kerangka karangan di papan pengumuman. Judul yang biasanya diambil dari berita-berita yang sedang banyak dibicarakan, baik itu diluar pondok ataupun lingkup pondok itu sendiri. Setelah itu, barulah para santri mulai mengembangkan kerangka tersebut ke dalam bentuk tulisan utuh. Bahasa yang digunakan akan digilir setiap dua minggu. Dua minggu pertama menggunakan bahasa Arab, dan dua minggu berikutnya menggunakan bahasa Inggris.
Oh iya, buku yang digunakan untuk menulis Insya juga haruslah khusus, karena LAC sendiri sudah membagikan cover khusus untuk Insya kepada para santri. Para santri sendiri diberi batas waktu untuk menulis Insya, setelah habis waktunya, mereka harus mengumpulkan buku Insya kepada CLI (Central Language Improvement) untuk didata.
Nah, setelah itu barulah bagian penggerak bahasa memberikannya kepada walikelas atau pembimbing masing-masing untuk diperiksa dan diberi nilai juga evaluasi. Nilai Insya para santri akan didata, dan menjadi tolak ukur kemampuan berbahasa asing mereka. Selepas dievaluasi, buku Insya pun akan dikembalikan kepada para santri.
Insya Melengkapi Kemampuan Writing dan Reading
FYI, alasan terbentuknya kegiatan berbahasa berupa writing ini juga dikarenakan kemampuan berbahasa bukan hanya dari segi speaking, atau listening saja. Maka dari itu, kegiatan yang bernama “Insya Usbu’ain” ini melengkapi kemampuan berbahasa santri dari segi writing dan reading.
Untuk segi reading sendiri santri ditutut untuk membaca berbagai karangan yang disajikan khusus dengan berbahasa asing baik itu Arab maupun Inggris sehingga mereka dapat mencontoh bagaimana cara menulis insya atau composation (baca: karangan) dengan baik dan benar.
Kenapa harus seperti itu? Karena percuma dong pinter ngoceh pake bahasa asing, tapi kaku disuruh mendeskripsikan apa yang dibicarakannya itu lewat tulisan, iya nggak? Ya tentu! Karena penulisan bahasa asing itu terkadang berbeda dengan cara pelafalannya dan kalau sudah salah dalam penulisan, kesananya juga bakalan salah arti.
Nah, kalau udah kayak gitu, urusannya jadi lebih rumit lagi lho sob! Penyampaian ide atau gagasan yang santri tulis dalam bentuk karangan ini tidak akan dimengerti oleh para pembaca atau bisa juga salah penafsiran.
Manfaat Insya Usbu’ain
Dewasa ini, seringkali kita menemukan berbagai kesalahan dalam penulisan berbagai kalimat ataupun kalimat yang rancu karena melenceng dari kaidah menulis menggunakan bahasa asing, khususnya dalam teks pidato. Jika dibiarkan, kebiasaan ini akan menjadi fatal. Karena sejauh observasi yang penulis lakukan dari membaca teks pidato berbahasa Inggris ataupun bahasa Arab, banyak terjadi kesalahan penulisan baik itu dari segi pronounciation ataupun dari kaidahnya.
Maka kehadiran program “Insya Usbu’ain” yang diadakan setiap dua minggu sekali ini dirasakan sangat besar manfaatnya untuk melatih skill santri dalam menulis menggunakan bahasa asing. Selain itu, para santri dapat mengaplikasikan penggunaan tenses, grammar, nahwu, shorof, atau yang lainnya secara langsung dalam insya ini. Karena para santri tidak hanya dituntut untuk memperhatikan penggunaan kata atau aturan penulisannya. Oh iya, kegiatan ini juga dapat menambah kosakata bahasa santri, lho!
Mungkin bagi para santri sendiri kegiatan ini hanya menambah pekerjaan saja, padahal kegiatan ini bisa dimanfaatkan untuk terus melatih kemampuan berbahasa nantinya. Karena bahasa adalah salah satu alat untuk dapat berkomunikasi dari satu individu dengan individu lainnya. dan cara berkomunikasi juga bukan hanya sebatas oral saja, tapi juga bisa melalui tulisan. Dan dengan tulisan, apa yang kita pikirkan bisa lebih terkembangkan dan tersampaikan.
Selain itu, setiap orang mempunyai karakter masing-masing, ada yang pandai dalam berbicara tapi ia kurang dalam menulis. Ada juga yang pandai menulis, tapi kurang berkomunikasi. Ataupun mungkin pandai dalam keduanya, dan adanya kegiatan “insya usbu’ain” ini adalah salah satu solusi bagi kamu yang sulit mengungkapkan ide ataupun gagasan secara oral.
Para pembaca sekalian, kegiatan ini mungkin sedikit sulit bagi pemula. Karena menumpahkan ide kedalam secarik kertas tak semudah menumpahkan kopi ke atas kertas lho!
Para santri bisa mengerjakan Insya kapanpun asal selesai tepat pada waktunya. Dan untuk insya yang mendapat nilai bagus juga akan mendapat apresiasi yang sangat besar, salah satunya adalah dengan dipublikasikannya karya mereka di madding bahasa. Maka dari itu, jangan meremehkan kegiatan yang satu ini ya, sob! Karena bahasa itu bukan pelajaran melainkan suatu kebiasaan. Jadi, kemampuan menulis menggunakan bahasa asing ini harus terus dilatih agar terbiasa nantinya. [Syauqia Aina Salsabila]
Artikel Lainnya
-
7 Poin Penting Di PSSC 2019 Putri
18/08/2019 | Nahdatut-Thullab -
Pedoman Usang
27/03/2017 | Matapena -
Digitalisasi Data di Lembaga Pendidikan
18/04/2020 | Guru Menulis -
Cas Semangat Literasi Santri, Pesantren Condong dengan Gramedia Gelar Ngaji Literasi dan Bazar Buku
02/11/2021 | Matapena -
HARDIKNAS: Pendidikan Karakter Saja Belum Cukup! Part 2
02/05/2017 | Guru Menulis