Menelusuri Masjid dan Makam Imam Syafi`i
Foto: Republika.co.id/pengunjung tengah berziarah ke makam Imam Syafi`i
CONDONG-ONLINE - Siapa yang tidak kenal dengan Imam Syafi`i? Imam Syafi`i dikenal sebagai mujtahid brilian dalam sejarah Islam. Berikut selayang pandang profil beliau.
Profil Singkat Imam Syafi’i
Nama lengkapnya Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Usman bin Syafi`i bin al- Sa`ib bin Ubaid bin Abd Yazid bin Hasyim bin al-Muthollib bin Abdi Manaf. Beliau keturunan Arab, Quraisy, Hasyim, Muthollib. Nasabnya bertemu dengan Rasulullah SAW pada kakeknya, Abdi Manaf.
Dilahirkan di Gazza, Palestina tahun 150 H, tahun yang sama dimana imam Abu Hanifa meninggal dunia. Di masa kecil, Imam Syafi`i telah menghapal al-Quran sebelum melewati umur 7 tahun. Genap 10 tahun, kitab Muwatha` Imam Malik juga telah dihapalnya. Kecerdasan beliau memang sudah tampak sejak kecil. Ketika berguru pada Imam Malik di Madinah, kejeniusan beliau semakin terlihat.
Hubungan Imam Syafi’I dan Mesir
Kedatangan Imam Syafi`i ke Mesir tahun 198 H dari Irak punya sejarah sendiri. Petualangan inilah salah satu penyebab beliau melahirkan mazhab jadid dalam ijtihad Fiqhnya. Sebelumnya selama di Irak dikenal dengan mazhab qodim.
Selama menetap di Mesir, banyak karya yang beliau lahirkan. Di antaranya adalah kitab Al-Umm, referensi utama pendapat beliau. Keunikan Fiqh beliau adalah kemampuan menggabungakan pemahaman nash al-Quran dan hadis dengan logika (Ar-ra`yu).
Beliau wafat di Kairo (nama provinsi di Mesir) pada malam Kamis selepas magrib, akhir bulan Rajab tahun 204 H. Usianya ketika itu 54 tahun, beliau meninggal di sisi Abdullah bin Hakam, dimakamkan pada hari Jumat di pemakaman di Qarrofah al-Shugra dikenal dengan Hay Al-Syafi`i.
Masjid Syafi’i dan Pemakamannya
Beberapa waktu lalu, penulis berkesempatan mengunjungi masjid dan pemakaman Imam Syafi’i. Berikut ulasannya.
Foto: Fahmi Azmi/ di depan makan Imam Syafi`i
Masjid Syafi`i dibangun oleh pangeran Abdurrohman Kadkhuda tahun 1157 H. Pada masa Taufik Pasha tahun 1303 H dilakukan renovasi bangunan hingga mihrab berada di tengah arah kiblat. Proyek ini digarap oleh arsitek terkenal kala itu, Al-Ghazi Ahmad Mukhtar. Sebelah kiri masjid terdapat pintu masuk menuju makam Imam Syafi`i dan makam Syaikh Zakaria Anshori, salah seorang pengikut dan ulama mazhab Syafi`i yang cukup tersohor.
Kuburan Imam Syafi`i sendiri berada agak terpisah dari masjid dan dibangun di atasnya sebuah kubah besar berhiaskan tulisan al-Quran. Di atas kubah tersebut terdapat perahu kecil yang diabadikan oleh Imam Al-Bushairi (pemilik Burdah) sebagai berikut:
"Pada kubah Imam Syafi`i ada perahu, kokoh, kuat laksana batu. Badai pengetahuan melimpah di persemayamannya dan dari situ kapalpun berlabuh di atas bukit Judi."
Kubah terbesar ini dibangun oleh Shalahuddin Al-Ayyubi. Bangunan makamnya juga dikelilingi dinding kayu berukir indah, hadiah kaum Muslimin India dan di kedua pintu makam beliau tertulis:
"Imam Syafi`i adalah imam manusia semua dalam ilmu, kelembutan, keagungan dan keperkasaan. Keimanannya diterima di dunia sebagaimana kekhalifahan keturunan Abbas, murid-muridnya adalah sebaik murid, mazhabnya adalah sebaik mazhab menurut Allah dan manusia."
Di samping makam Imam Syafi`i adalah kuburan Malikatu al-Syamsi permaisuri Shalahuddin dan anaknya al-Aziz Usman serta kuburan ibunda al-Malik al-Kamil. Tak jauh dari lokasi masjid Imam Syafi`i terdapat makam Imam Waki` bin Jarrah, salah seorang guru beliau yang juga disebut dalam bait syai`irnya yang cukup terkenal. Imam Waki` berpesan kepada Imam Syafi`i:
"Wahai muridku! Ketahuilah bahwa ilmu itu cahaya, dan cahaya tidak diberikan kepada orang-orang yang berbuat maksiat." Salam sejahtera untukmu wahai imam.
Untuk sampai ke sana, jika anda dari Mesir (Kairo) dari arah Syaidah Aisyah, anda tinggal mengambil arah kiri mengikuti jalan masuk menuju masjid mulia ini. Tempatnya sudah populer, setiap hari banyak orang menziarahi makam beliau. Di sekitar makam Imam Syafi`i, Anda juga bisa menziarahi pusaran Imam Syafi`i Jalaludin Al-syyuthi, Ibnu Hajar Al-asqalani, Imam Laits, Rabiah al-Adawiyah dan sahabat Uqbah bin Amir.[Fahmi Azmi]
*)Penulis adalah mahasiswa Universitas Al-Azhar Kairo Mesir
Artikel Lainnya
-
Pemuda Muslim Perlu Lebih Banyak Figur Seperti Ini
27/11/2016 | Teladan -
6 Tipe Wanita yang Tidak Dianjurkan bagi Kaum Adam untuk Dinikahi
13/11/2016 | Motivasi -
Pendidikan Akhlak Refleksi Idul Adha
01/09/2017 | Motivasi -
Pendidikan Kepemimpinan Pesantren Condong menjadi Mercusuar dalam Hidup Bermasyarakat
14/08/2024 | Motivasi -
Situ Cangkuang Menjadi Destinasi Para Santri Condong
23/05/2023 | Rihlah