(Kajian Kritis Kontradiktif Islam dan Kristen)

Oleh: Nida Husna Abdul Malik*

 

Berawal dari pemahaman singkat saya tentang kerukunan beragama, bahwa yang harus rukun itu adalah umatnya bukan agamanya. Jika berbicara tentang agama, maka islam menegaskan "lakum diinukum waliyadin". Setiap agama mempunyai visi misi untuk di implementasikan ummatnya tanpa melenceng dari hadfnya, tetapi realita  yang ada dari zaman kejayaan Roma sampai dewasa ini, Islam dan Krisrten sangat kontradiktif. Hal ini dapat difahami dari bedanya pemahaman Tuhan yang disembah, kitab suci yang dijadikan pedomannya dan juga keyakinan dalam peribadatannya. Singkatnya, bahwa untuk mengaplikasikan kerukunan berbangsa dan beragama sejatinya terletak pada sejauh mana pemeluk agama itu rukun antar sesamanya, bukanlah agama yang harus selalu dipermasalahkan.

 

Jika kita mengkaji sejarah perkembangan kristen, maka seorang misionaris akan terus kokoh menegakan visi dan misi terbesarnya yaitu mengkristenkan umat manusia sampai akhir zaman. Dalam Islam, Al Qur`anpun menjelaskan dalam QS. Al Baqarah (2) ayat 20. Hal ini harus diantisipasi dengan cara yang halus "fajaadilhum billatii hia ahsan". Sebagai upaya dan usaha untuk menghadapi ini, seyogyanya kita memahami arah tujuan mereka. Setelah itu, kita dukung pasrtisipasi kristolog untuk memendung kristenisasi di daerah masing-masing. Oleh karena itu, bahayanya misionaris kristen harus kita waspadai dari setiap pergerakannya (harokah), karena akan menjerumuskan kita kedalam jurang kesesatan (dholalah).

 

Sampai saat ini, dialog beragama menjadi hal yang booming dikalangan masyarakat Indonesia. Nyatanya di daerah Jawa Timur terjadi rutinitas dialog dengan pemuka agama, tokoh masyarakat dan lain sebagainya untuk mewujudkan harapan Jatim menjadi daerah yang tentram tanpa ada kerusuhan dan perpecahan. Hal ini didukung positif oleh Forum Kerukunan Umat Beragamma ( FKUB ). Alhasil, dioalog antar umat beragama menjadi solusi pemersatu umat khususnya di Indonesia.

 

Berangkat dari implementasi dialog antar agama yang diselenggarakan didaerah-daerah tertentu, pastinya muncul dampak positif dan  negatif dari dialog itu sendiri. Diantaranya dampak positif nya adalah menanamkan toleransi dari kubu Islam dan Kristen, negatifnya dapat menghancurkan keharmonisan bersosial karena dialog yang melampaui batas. Pacuan utama sebagai Muslim dalam mengadapi realitas yang ada yaitu menanamkan kewaspadaan yang sinergik dengan memunculkan ide kreatif dan insiatif menjadikan dialog ini sebagai wadah islamisasi, karna kita harus ingat terus bahwa misionaris Kristen mempunyai tujuan kristenisasi umat sampai akhir zaman. Jangan mau kita didokrin negatif dengan adanya modus seperti ini, tapi seharusnya kita yang menjadikan mereka angkat tangan dengan kokohnya keyakinan muslimin. Oleh karna itu, umat islam harus waspada dengan adanya dialog antar agama ini.

 

Hemat saya, kerukunan antar umat beragama yang terjadi di Indonesia khususnya relasi (Islam dan Kristen) sangatlah mungkinkan sekali, dengan catatan bahwa ‘aqidah islamiyyah harus didahulukan dari pada ukhuwwah wathoniyyah, karna sejatinya seorang muslim yang baik tidak sepatutnya keliru dalam menempatnya identitas keislamiyyahannya.

 

Adapun mengenai kristologi, yaitu cabang ilmu teologi yang membicarakan tentang posisi Yesus Kristus di dalam agama Kristen. Makna kehadiran Kristus bagi orang Kristen diyakini sebagai pemelihara dan penyelamat dunia terkait dengan setiap persoalan hidup. Hal ini akan saya bahas di opini selanjutnya. Wallahu A`lam Bisshawab.

 

*Mahasiswa Prodi Aqidah Filsafat Fakultas Ushuludin Universitas Darussalam Gontor Semester 6. Penulis juga aktif sebagai Broadcaster di Radio Suargo FM.

 

Unida, 11 Rabi`u Tsani 1438

Editor: Agus Riyadi, S.Pd.I (Postgraduate Program University of Darussalam Gontor, The Fountain of Wisdom)

⁠⁠⁠⁠

 

Dunia Islam / Nasional    Dibaca 2.299x