Membendung Faham Sekularisme

Picture by Temon Soejadi

 

Picture by Temon Soejadi

Oleh: Agus Riyadi, S.Pd.I dan Nida Husna Abdul Malik (Mahasiswa Universitas Darussalam Gontor Ponorogo)

 

Dewasa ini umat islam di Indonesia sedang menghadapi peperangan non-fisik dalam bentuk perang pemikiran (Ghazwu al-Fikr). Hal ini dapat mengikis framework seorang Muslim yang diutarakan para orientalis melalui paham sekularisme, pluralisme dan liberalisme yang muncul dari zaman modernisme hingga postmodernisme. Sedikit demi sedikit keimanan (keyakinan) umat Islam di Indonesia akan hilang terutama dalam masalah keberagamaan. Apalagi ketika paham sekularisme sudah masuk dalam ranah keagamaan yang menjadi pemicu perpecahan dan hancurnya peradaban Islam. Pola fikir itu dikembangkan dengan konsep ideologi kontemporer yang bertujuan menjauhkan diri dari agama sehingga akan berimplikasi dalam kehidupan berbangsa, beragama dan  bersosial antar sesama manusia. Maka, sangatlah prihatin apabila perang pemikiran ini tidak ditanggulangi dengan ‘aqidah islamiyyah yang kuat.

Paham sekulersime merupakan sebuah ideologi yang menyatakan bahwa suatu institusi, bangsa dan negara harus berdiri sendiri dan terpisah dari agama. Doktrin ini lambat laun akan menjadikan masyarakat Indonesia menjadi negara yang sekuler. Artinya menjadikan peradaban yang tidak peduli akan urgensi hidup beragama, padahal jika kita mengkaji sejarah peradaban barat, maka sejatinya mereka terbentuk karena berangkat dari agama. Hal ini dapat mendominasi worldview seseorang untuk menolak campur tangan akan nilai-nilai keagamaan dalam urusan manusia. Sesuatu yang wajar apabila paham sekulerisme ini berkembang di peradaban barat, namun akan menjadi problem jika diimplementasikan dalam kehidupan yang beridentitaskan agama, apalagi Islam. Hemat saya, Sekularisme adalah pemikiran yang memisahkan agama dari kehidupan. Agama diposisikan hanya dalam urusan ibadah atau ritual saja, terkait  bagaimana beribadah kepada sang Pencipta. Sementara untuk urusan kehidupan ekonomi, politik, sosial dan budaya agama tidak berhak ikut campur.

Para penggiat sekularis biasanya merasa lebih tahu akan hakikat baik dan buruk  dalam kehidupan manusia, bahkan melebihi Allah Swt. Padahal siapa yang menciptakan manusia? Ini sangat tidak masuk akal, tajahul. Perlu diketahui bahwasannya kebanyakan orang-orang sekuler adalah dari kalangan intelektual yang pintar dan cerdas dengan otoritas keilmuan tinggi tingkat sarjana, master, doktor bahkan profesor. Tetapi tingkat keilmiahan ilmu pengetahuannya dapat membutakan manusia dari hakikat kebenaran. Singkatnya, sangatlah tidak ilmiah jika mereka mengetahui segala sesuatu yang baik dan buruk melebihi pengetahuan Allah Swt. Sehingga umat Islam perlu membendung doktrin tersebut dengan iman yang kuat dan selalu bertaqorrub kepada sang kholiq.

Dalam Al-Quran sebagai pedoman hidup umat Islam, Allah memperingatkan kita untuk berwaspada terhadap tipu daya orang-orang sekuler yang artinya sebagai berikut:

“Dan bila dikatakan kepada mereka:“Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”.“Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar” (QS. 2:11-12)

Pada hakikatnya, jika kita berfikir logis, maka sejatinya manusia tidak akan bisa hidup bersosialisasi tanpa landasan agama. Karena dalam ajaran Islam segala aktivitas sosial maupun agama harus dihubungkan dengan Allah Swt. Alhasil, sangat lah tidak rasional jika manusia memisahkan antara agama dengan kehidupan sosial, apalagi tidak mengintegritaskan Allah dalam kehidupan.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwasanya tantangan umat Islam dewasa ini sangatlah kompleks, diantaranya muncul ideologi kontemporer seperti sekulersime. Yaitu paham atau ideologi yang berupaya memisahkan urusan dunia dari agama. Yang mana hal tersebut hanya digunakan untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhan saja, adapun hubungan sesama manusia diatur hanya untuk bersosialisasi. Dengan kata lain hidup disuatu tempat dan bersosial tidak usah membawa dan menyangkut pautkanya dengan Tuhan. Nauzubillah.  

 

Dunia Islam / Nasional    Dibaca 2.495x


Artikel Lainnya


Beri Komentar

  • TENTANG KAMI

    Majalah condong online seputar berita dan artikel tentang kajian/dunia islam, tips & inspiration, family, event, radio online, dll.

  • CONDONG-ONLINE.COM

  • Pengunjung Website