Agenda Tahunan Pesantren Condong dalam Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW

Santriwati Pesantren Condong membaca Barzanji dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW (Foto: Condong Online)

Penulis: Alni Maulida Sukria

Sosok Nabi Muhammad Saw memilik peran yang sangat penting bagi umat Islam sebagai musyarr’i, mubayyin, dan panutan, menjadikan setiap tutur dan lakunya adalah teladan bagi para umat. Di hari kelahirannya bulan Rabi’ul Awwal sebagian kalangan muslim kemudian mengadakan majelis-majelis khusus untuk merayakan peringatan maulid nabi mengingat kembali jasa-jasa beliau dengan memanjatkan selawat demi memohon syafaat kepadanya.

Peringatan ini diadakan hampir di seluruh wilayah muslim di dunia Tradisi berzanji, utamanya di kalangan warga nahdliyyin (NU) menjadi suatu tradisi yang penting dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Di pesantren-pesantren NU di Jawa, umumnya terdapat kegiatan pembacaan maulid diba atau barzanji oleh para santri pada waktu-waktu utama seperti hari Jumat atau Senin. Puncaknya adalah saat perayaan Hari Besar Islam tanggal 12 Rabiul Awwal yang dipercaya sebagai hari kelahiran nabi Muhammad. Majelis maulid diadakan sebagai bentuk cinta terhadap nabi yang ditunjukan melalui pembacaan teks-teks khusus di hari kelahirannya. Beberapa orang berkumpul secara berjamaah, untuk membacakan biografi berbahasa Arab yang biasa disebut maulid diba dan barzanji, dan melanjutkannya dengan melantunkan sholawat bersama-sama. Hal inilah yang juga diadakan di Pondok Pesantren Riyadlul Ulum Waddawah Condong.

Dakwah adalah strategi penyebaran informasi dengan tujuan memberi pengaruh pada orang lain. Strategi ini dipakai oleh Nabi Saw dalam penyebaran dakwahnya, yakni melalui penyampaian lisan tentang keesaan Allah Swt. Metode ini juga digunakan hingga sekarang, baik dengan lisan atau tulisan. Melalui dakwah persuasif tentang keutamaan meramaikan maulid Nabi yang disampaikan sang kyai, masyarakat kemudian merasa terdorong untuk turut serta dalam acara tersebut. Sehingga, terhitung sejak zaman dulu acara maulid ini sudah digelar tiap tahunnya.

Seputar pelaksanaan maulid sejak mempunyai agenda dan konsep yang stabil dan sistematis, acara ini makin diminati dengan ditandai semakin ramainya lokasi pelaksanaan acara. Pada setiap harinya, dimulai sejak tanggal satu Rabiul Awwal, Adapun teknis pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan pada malam hari, diantaranya Pembacaan Barzanji secara singkat diiringi dengan santri/santriwati, berikut dengan selawat-selawat yang ada di dalamnya yang dipimpin  oleh anggota OSPC tahun tersebut dan diakhiri dengan pengajian oleh salah satu kyai di pondok pesantren. Acara dimulai sekitar pukul 20.00 WIB hingga selesai.

Maulid Barzanji berisi tentang sejarah mulai dari kelahiran nabi Saw. hingga detik-detik menjelang wafatnya. Secara umum pengajian diisi dengan mempelajari rantai sejarah tentang Nabi Muhammad. Hal pokok yang dibahas adalah mengenai akhlak mulia nabi, bagaimana nabi bersikap di berbagai situasi, pelaksanaan dakwah nabi, kemuliaan-kemuliaan nabi, dan cinta nabi kepada umatnya. Seusai acara pengajian kyai menutup pengajian dengan doa. Walaupun di tahun- tahun pelaksanaanya pengajian ini membahas dan mengulas kitab yang sama, namun antusiasme para santri/santriwati, ustad/ustadzah, sekalipun kyai yang lain tidak surut. Mereka tetap datang dan mendengarkan materi-materi yang disampaikan setiap bulan Rabiul Awwal tersebut.

Ustaz Mufti Najmul Umam, Lc., M.Ag. tengah memberikan tausyiah dalam acara peringatan Maulid Nabi (Foto: Condong Online)

Di dalam pengajiannya, Kyai kerap menyisipkan berbagai ayat al-qur’an dan hadist tentang keutamaan pengadaan maulid, salah satunya adalah mensyukuri kelahiran Nabi Saw. dengan memanjatkan doa dan shalawat demi mengharap berkah dan syafaatnya. Keyakinan dasar ini yang kemudian mendorong kyai untuk menggelar acara maulid Nabi di pesantren.

Allah SWT menyampaikan selawatnya kepada Nabi itu, sebagai bentuk rahmat dan keberkahan. Para malaikat pun menyampaikan shalawat kepadanya sebagai bentuk pujian dan permintaan ampunan, sedangkan orang-orang mukmin berselawat kepadanya sebagai bentuk penghormatan. Allah SWT berfirman:

إنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. al-Azhab: 56)

Kebolehan memperingati Maulid Nabi memiliki argumentasi syari yang kuat. Seperti Rasulullah SAW merayakan kelahiran dan penerimaan wahyunya dengan cara berpuasa setiap hari kelahirannya, yaitu setiap hari senin Nabi SAW berpuasa untuk mensyukuri kelahiran dan awal penerimaan wahyunya.

عَنْ أَبِيْ قَتَادَةَ الأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ الْإِثْنَيْنِ فَقَالَ” : فِيْهِ وُلِدْتُ وَفِيْهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ .” رواه مسلم

“Dari Abi Qotadah al-Anshori RA sesungguhnya Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai puasa hari senin. Rasulullah SAW menjawab: Pada hari itu aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku”. (H.R. Muslim)

Kesimpulan

Antusiasme santri bertambah setiap kali kyai menyampaikan dakwah di pengajian-pengajiannya untuk terus menebarkan cinta kepada Nabi Saw. Rasa cinta itu akan mudah diekspresikan jika mengetahui riwayat nabi Saw. selama hidupnya dan akhlak-akhlak yang tercermin dari kehidupannya. Para santri yang tidak bisa tidak juga turut serta berpartisipasi dalam kegiatan ini, pada mulanya merasakan adanya suatu kewajiban karena berawal dari tuntutan pesantren dan ajakan kyai, tetapi agenda tahunan ini kemudian juga berdampak spiritual yang membekas bagi mereka.

Tim Hadroh santri putra memimpin pembacaan barzanji pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW (Foto: Condong Online)

Ungkapan cinta yang ditunjukkan lewat maulid adalah cara lain bersyukur atas kelahiran Nabi. Karena jika bukan melalui perantara Nabi, umat Islam hingga hari ini tidak akan merasakan cahaya keimanan. Dalil lain menyebutkan bahwa: “siapa saja yang menyiapkan makanan mengumpulkan anak saudara dan orang-orang sekitar, menyalakan lampu-lampu, memakai baju baru, memakai wewangian dengan satu tujuan yakni memuliakan kelahiran Nabi Muhammad, maka kelak di hari Kiamat ia akan dikumpulkan bersama golongan orang pertama mulia (yang paling mulia yakni para Nabi.” Walaupun tidak berasal dari hadis Nabi yang tertera, tetapi ucapan ulama ini juga memiliki pengaruh kuat dalam pelaksanaan kegiatan ini.[]

Kajian Islam / Hadist    Dibaca 1.442x


Artikel Lainnya


Beri Komentar

  • TENTANG KAMI

    Majalah condong online seputar berita dan artikel tentang kajian/dunia islam, tips & inspiration, family, event, radio online, dll.

  • CONDONG-ONLINE.COM

  • Pengunjung Website