Mewaspadai Ideologi Komunis (Part 2)
Agama dalam Pandangan Ideologi Komunisme
Konsisten dengan metode materialisme historisnya, ideologi komunis memandang agama sebagai hasil dari sejarah perkembangan manusia. Berdasarkan materialisme historis, mula-mula agama dirancang oleh manusia sebagai institusi yang memuat segala aspek kebaikan, keadilan dan keindahan, dengan tujuan menjaga keseimbangan manusia dan alam.
Komunisme memandang agama sebagai institusi sosial yang diciptakan manusia terus mengalami perubahan fungsi bersamaan dengan berubahnya syarat dan mode produksi yang ada pada masyarakat. Pandangan demikian merupakan pandangan yang khas dari para naturalis yang memandang sesuatu adalah hasil dari perkembangan alam, adapun dalam pemikiran Marx yang juga humanis, segala sesuatu merupakan hasil dari perkembangan masyarakat manusia.
Marx tidak mencukupkan diri dengan worldview-nya bahwa agama merupakan ciptaan manusia, lebih dari itu ia bahkan berusaha melenyapkan agama. Menanggapi pernyataan Feuerbach bahwa dunia agama adalah dunia khayal, Marx mengatakan mengetahui hal tersebut tidaklah cukup. Bagi Marx yang terpenting adalah penyebab manusia lebih memilih dunia khayal, agama, daripada hidup dunia nyata untuk kemudian mengeluarkannya dari dunia khayal tersebut dengan mengeluarkanya dari agama.
Singkatnya Marx menyatakan bahwa agama diciptakan manusia sebagai bentuk ilusi tertinggi mereka atas apa yang tak pernah mereka capai. Ia adalah candu masyarakat, yang membius manusia dengan kebahagiaan semu, mengalienasi mereka dari kehidupan nyata. Menghapus agama adalah jalan untuk memberi manusia kebahagiaan yang sesungguhnya. Doktrin komunisme tidak hanya mengajarkan penganutnya menjadi atheis, tidak bertuhan, namun juga menuntut mereka untuk menjadi anti-teis, anti Tuhan, membenci agama. Lebih dari itu, bahkan menggerakan manusia untuk melenyapkan agama.
Mewaspadai Ideologi Komunis
Salah seorang pakar ilmu politik Amerika Serikat, Henry J. Schmant mengungkapkan: “Tumbangkan ateismenya, maka semua suprastruktur komunisme pasti akan tumbang” demikian kurang lebih yang disampaikan untuk menggambarkan bahwa salah satu doktrin pokok dari komunisme adalah anti-Tuhan. Ideologi komunisme sendiri pada kenyataannya telah menjelma menjadi “agama”. Mempengaruhi penganutnya dengan serangkaian teori dan doktrin, menggerakan mereka sesuai dengan kaidah-kaidah yang terumus dalam doktrinnya, menuntut mereka untuk siap berkorban dan mengorbankan orang lain, demi terciptanya surga di dunia, sebagaimana yang diramalkan oleh “nabi” mereka, Karl Marx. Singkatnya, Ateisme merupakan ideologi, doktrin bahkan agama bagi kaum komunis.
Senada dengan itu salah seorang tokoh Katolik Inggris, Christopher Dawson, jauh sebelumnya juga pernah menyatakan “.....ajaran proletariat (yakni komunisme) adalah ajaran di mana seorang komunis siap menderita dan mati serta siap menyebabkan penderitaan dan kematian orang lain..... Ia adalah hasrat spiritual yang telah kehilangan obyek teologisnya dan mencoba menemukan justifikasi yang independen dalam teori yang murni rasional....” Komunisme memainkan hasrat spiritual manusia untuk mendapatkan kehidupan yang bahagia, namun dengan cara meninggalkan norma, etika serta agama. Norma dan etika yang terdapat pada kehidupan agama, selama ini diyakini membantu membangun dan membimbing masyarakat. Oleh komunisme, kemudian dibalikkan dengan anggapan bahwa keduanya akan bermakna jika berguna bagi pembanguan masyarakat sosialis.
Di Indonesia komunisme telah lama menjadi musuh utama bagi negara maupun agama. Beberapa tahun lalu KH. As’ad Said Ali dalam menanggapi tanda-tanda munculnya kembali simpatisan komunisme, kembali mengingatkan bahwa gerakan PKI 1960-an bukan hanya ateis, tak bertuhan, tetapi juga telah berkembang menjadi anti-teis, anti-tuhan, prinsip tersebut yang kemudian menjadi legitimasi mereka menyerang kelompok agama. Hal semacam yang menyatakan bahwa gerakan komunisme tidak dapat dipisahkan dengan gerakan anti-tuhan, juga pernah disampaikan oleh menteri Penghubung Alim Ulama Republik Indonesia tahun 1960-an, KH. Muhammad Ilyas dalam bukunya pandangan terhadap marxisme: “Paham komunisme dan ateisme tidak bisa dipisahkan. Seseorang yang mengakui ajaran Marx, tetapi mengaku beragama dan ber-Pancasila, sama halnya dengan orang yang mengaku beragama dan ber-Pancasila namun tidak mengakui adanya Tuhan” Karena sikapnya yang anti-tuhan, bahkan cenderung ofensif terhadap kelompok agama ideologi komunisme berseberang dengan rakyat Indonesia yang mayoritas merupakan umat beragama, maka secara konstitusi ia juga bertentangan dengan Pancasila yang mana sila pertama yakni Ketuhanan yang Maha Esa.
Komunisme mempunyai ideologi yang dibangun atas konsep dialektika materialis milik Karl Marx. Konsep tersebut merupakan sintesis dari konsep dialektika Hegel dan Materialisme Feuerbach yang ia padukan dengan analisis sosial-ekonomi Eropa ketika itu. Sebagaimana yang sering Marx sampaikan bahwa metode dialektikanya (dialektika materialis) bersifat naturalis-humanis. Naturalis, bahwa sejarah perkembangan masyarakat merupakan representasi dari evolusi alam. Humanis, bahwa inti dari alam ini adalah masyarakat manusia itu sendiri. Garis besar pemahaman mereka bahwa segala bentuk kondisi, institusi serta hubungan sosial dianggap sebagai hasil dari peradaban manusia. Keluarga, negara bahkan agama merupakan buatan manusia dalam sejarah perkembangan mereka. Konsekuensinya, karena merupakan hasil sejarah, maka fungsi institusi-institusi tersebut dapat berubah seiring perubahan bentuk masyarakat.
Simpulnya, setiap orang yang menganut ideologi ini sejatinya adalah ateis, tidak percaya Tuhan. Lebih dari itu, ia akan menjadi anti teis, penentang keras kehidupan beragama. Hal tersebut tidak lain karena di banyak tulisan-tulisan Marx dan Engels tentang agama, tersimpan pesan kuat untuk membenci agama, bahkan perintah untuk menghapusnya. Terbukti dalam praktek-praktek partai Komunis, terutama selepas keberhasilan revolusi Rusia, di mana kelompok agama banyak mendapat diskriminasi dari mereka, tak terkecuali di Indonesia. Ideologi komunisme memiliki problem yang sangat akut dengan masalah teologi, sebab tak hanya menyebabkan pengikutnya tak percaya Tuhan. Ia juga membuat mereka menjadi anti Tuhan, anti agama, bahkan cenderung bersikap agresif terhadap kelompok agama. Oleh karena itu sebagai muslim sejatinya mewaspadai ideologi ini karena sudah bersebrangan dengan iseologi dan identitas muslim dalam ajaran Islam. Wallahu a’lam bisshawab.[]
*)Penulis adalah staf pendidik di pesantren Condong, dan lulusan Pascasarjana UNIDA Gontor
Artikel Lainnya
-
Hijrah Ilmiyah Atau Tetap Jahiliyah? (Part 2)
21/09/2017 | Sejarah Islam -
Benarkah 1 Masehi Sebagai Kelahiran Yesus?
08/01/2020 | Sejarah Islam -
Mewaspadai Ideologi Komunis (Part 1)
29/09/2017 | Sejarah Islam -
Sejarah Awal Penanggalan Tahun Hijriyah dan Masehi
05/12/2016 | Sejarah Islam -
Manfaat Mempelajari Asbab An-Nuzul
18/02/2017 | Tafsir