30 hari di Negeri Tirai Bambu
Rep: Dzul Fadli Rahman*
Foto Dok. condong-online.com
Mengunjungi berbagai tempat di belahan dunia merupakan dambaan setiap orang, dapat merasakan suasana yang berbeda dari negeri sendiri adalah pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan.
Ke China Karena Student Exchange Program
Awal tahun 2016 ini, alhamdulillah Saya diberikan kesempatan pergi ke luar negeri, tepatnya ke China selama sebulan penuh. Saya mengikuti Student Exchange Program dari AIESEC LC (Local Committee) Universitas Indonesia, yang merupakan organisasi internasional kepemudaan di lebih dari 126 negara, berfokus pada pengembangan kepemimpinan untuk menjalankan social project di luar negeri dan menjadi bagian Global Learning Environment.
Rasa syukur yang tidak terukur karena dapat mengikuti Student Exchange Program ini, dapat lolos seleksi dan menjadi bagian dari program merupakan kebanggaan tersendiri bagi Saya. Education XISU – Dare to Dream Project adalah projek sosial yang Saya pilih dalam program pertukaran.
Projek tersebut diorganisir oleh AIESEC LC XISU (Xi’an International Studies University), projeknya berfokus pada pendidikan yang diikuti oleh 9 EP’s (Exchange Participants) terpilih dari 6 negara berbeda yaitu Malaysia, India, Korea Selatan, Mesir dan Australia yang masing-masing 1 EP, serta 4 EP dari Indonesia termasuk Saya.
Ini Hal yang Disiapkan Sebelum Terbang ke Negeri Tirai Bambu
Sebelum para EP berangkat ke China, Kami terlebih dahulu dibuatkan group media online oleh organizer untuk mempermudah komunikasi dan penyampaian informasi terkait pembagian homestay selama disana, pembagian buddy’s selama mengajar dan bepergian, dan yang pasti jadwal atau agenda kegiatan. Adanya group tersebut sangat membantu Kami para EP untuk menggambarkan kondisi serta mempermudah dalam mempersiapkan segala kebutuhan yang akan Kami bawa selama tinggal disana.
Setelah semua informasi dan persiapan dirasa telah cukup, akhirnya pada tanggal 13 Januari Saya pun berangkat ke China tepatnya ke Xi’an, sebuah Kota yang sangat tua bahkan menjadi pusat pemerintahan pertama Kekaisaran China, dan sekarang menjadi Ibu Kota provinsi Shaanxi, Kota yang berada ditengah-tengah daratan China yang berjarak kurang lebih 1000 km dari Beijing.
Syok dengan Musim Dingin di China
Pertama kali tiba di Xi’an, suasana yang sangat berbeda Saya rasakan, hal itu berkaitan dengan cuaca yang ketika itu sedang musim dingin bahkan suhu menunjukan -4oC, hal yang sangat jauh berbeda dari cuaca di Indonesia. Untungnya, Saya sudah mempersiapkan pakain khusus jauh-jauh hari untuk menghadapi kondisi tersebut. Selain itu, adanya homestay family yang menunggu Saya selepas keluar dari Bandara menjadi kehangatan tersendiri bagi Saya karena memiliki keluarga baru.
Bertemu Homestay Family dan Belajar Budaya Baru
Foto Dok. condong-online.com/ Saya dan Homstay Family
Selama seminggu pertama Saya menghabiskan waktu bersama homestay family, berkeliling kota dan mencoba memahami budaya disana. Sebagai seorang muslim, Saya berusaha sebisa mungkin memberi tahu apa saja hal-hal yang harus dan dilarang Saya lakukan kepada homestay family yang kebetulan mereka bukan muslim, tapi ternyata mereka begitu memahami terutama berkaitan dengan makanan, karena memang di Xi’an populasi muslim suku asli China yaitu etnis Han, cukup banyak dan terkenal, terutama karena makanan dan pertokoannya di area muslim street.
Satu hal yang sangat berkesan bagi Saya adalah dapat shalat di Mesjid Raya Xi’an, karena bangunanya yang unik seperti kuil namun dipenuhi dengan kaligrafi arab.
Mengajar di Minggu Ke-3 dan Ke-4
Foto Dok. condong-online.com/ Saya bersama murid di Xi`an
Diminggu selanjutnya yaitu minggu kedua dan ketiga, Saya dan EP lainnya mengikuti kegiatan yang sudah diagendakan, yaitu mengajar anak-anak usia 7-14 tahun di lembaga pendidikan non-formal tentang budaya negara masing-masing EP, dan Saya ketika itu mengajarkan budaya sunda.
Selama dua minggu Kami tinggal di asrama, saling bercengkrama mengenal satu sama lain baik antar EP, EP dengan Buddy, atau EP dengan Organizer, suatu pengalaman yang sangat berkesan dan penuh makna. Tidak terasa, dua minggu Kami lewati dengan cepat dan mudah karena memang semua aktivitas masing-masing EP didampingi oleh Buddy, yang sangat membantu Kami, terutama ketika mengajar dan bepergian.
Di minggu keempat, setelah penutupan kegiatan yang cukup meriah dan menguras emosi bersama seluruh anak-anak, EP, Buddy dan Organizer, Kami pun berpisah kembali ke homestay family masing-masing. Di minggu terakhir ini, Saya diajak ketempat-tempat terkenal di Xi’an, yang memang seperti kebanyakan kota-kota di China yang penuh dengan tempat-tempat bersejarah dari masa lampau.
Bermain Salju Menjadi Momen Tak Terlupakan
Foto Dok. condong-online.com/bermain salju bersama sahabat
Akhirnya 30 hari sudah Saya tinggal di Xi’an satu hal yang sangat penting ketika tinggal disana yaitu beberapa kali dapat merasakan hujan salju dan memainkannya, bahkan suatu hari merasakan bagaimana dinginnya suhu di -16oC, karena ketika kembali ke Indonesia hal itu tidak mungkin bisa Saya rasakan kembali.
Saya pun kembali ke Bandara diantar oleh homestay family, sedih karena harus berpisah dengan keluarga baru di China, senang karena akan kembali ke tanah air Indonesia tercinta, meskipun dalam beberapa hal di Xi’an dirasa lebih baik, seperti dalam hal transportasi, kebersihan dan penataan taman kota tapi justru itu menjadi pelajaran bagi Saya agar kembali ke Indonesia untuk mebuat hal yang sama, bahkan lebih baik lagi.[]
*alumni PP Condong tahun 2014
Artikel Lainnya
-
MengIslamkan Cara Pandang (Worldview) Kehidupan
27/03/2017 | Motivasi -
Menelusuri Masjid dan Makam Imam Syafi`i
23/09/2017 | Rihlah -
Jadi Santri Condong Bisa Kuliah di Luar Negeri
21/02/2021 | Teladan -
How Much You Love Allah?
26/11/2016 | Quote -
Pemuda Muslim Perlu Lebih Banyak Figur Seperti Ini
27/11/2016 | Teladan