Mengenal Lebih Dekat Penulis Pidi Baiq di Acara Words Show
Dok: Oleh Hania Novianty
Ayah Pidi Baiq yang khas, berbagi kisah, pengalaman serta hikmah diselingi dengan rangkaian kata berirama musik iringan gitar
CONDONG-ONLINE - Tasikmalaya, bertempat di Hotel Horison pada hari Ahad tanggal 24 September 2017 telah diadakan sebuah Words Show dengan tema "Interaktif untu Kreatif" bersama penulis inspiratif, Pidi Baiq. Beliau akrab disapa "ayah" oleh para penggemar atau pengikut beliau di media sosial.
Berawal dari buku Drunken Monster, beliau dituntut membuat kelanjutan seri novel tersebut akibat "best seller" hingga seri ke 4. Karyanya yang paling fenomenal adalah novel berjudul Dilan yang kata-katanya menjadi quotes yang tenar khususnya dikalangan remaja galau dan berapi-api mengenai cinta.
Satu jam setengah yang berarti menjadi pengalaman berharga dan nafas segar bagi para peserta words show khusunya matapena. Agenda yang diadakan oleh OSIS SMA Al-Muttaqin Tasikmalaya menyerap audience setidaknya 100 peserta yang penasaran dengan sosok jurnalis yang tak ingin di sorot televisi ini.
Dengan Band nya yang beranggotakan 10 orang, beliau bermusik bersama juga terkadang mengadakan forum terbuka untuk diskusi di kafe yang namanya sama dengan nama band yaitu The Panas Dalam Band.
Dok : Oleh Hania Novianty
Peserta bertanya secara interaktif mengenai literasi bahkan kehidupan Ayah Pidi Baiq
Kegiatan berlangsung menarik dengan sistem tanya jawab yang interaktif sesuai tema acara. Dengan kejujurannya, diskusi menjadi hidup dan mengalir ceria. "Menulis bukan dengan tujuan ingin tenar atau best seller, itu adalah sebuah beban bahkan bisa menjadi kesalahan. Namun menulis ada tentang kesenangan, ketenangan serta ketulusan." Berhasil dalam menulis tidak ditentukan dari laku tidaknya buku hasil tulisan kita, namun dari faham tidaknya orang dalam memahami tulisan kita dan puas tidaknya kita dalam mencurahkan fikiran dalam kata-kata. Menjadi penulis tidak tergantung pada tips atau trik jitu untuk menjadi penulis hebat, namun dimulai dari kemauan, bahan serta ketertarikan kita pada materi yang kita tulis.
Berawal dari momen, beliau menuliskan sebuah kata, beliau menulis sebuah kisah. Kisah berupa curahan tinta ataupun lagu.
Penolakan beliau terhadap berbagai media televisi yang ingin mengundang beliau untuk mengisi acara depan layar menarik untuk diungkap. "Saya tidak ingin masuk TV, saya inginnya masuk syurga." Ujar beliau sebagai alasan awal penolakan. "Bagaikan laut, bila kita telusuri betapa luas dan indahnya, namun saya hanyalah ikan air tawar yang nyaman dalam kolam air tawar ini, maka biarkanlah saya di kolam ini menikmati hidup dengan nyaman dibanding dengan terjun ke laut yang bukan habitat saya, karena ketidak cocokan, kemungkinan ikan air tawar akan mati ketika di laut." Ujar beliau untuk melengkapi penjelasan sebelumnya.
Begitu sederhana, jujur dan menarik. Menjadikan Pidi Baiq sebagai sosok ayah yang mengayomi para penggemarnya dan membuka mata kita tentang arti kesenangan dalam menulis. Karena sejatinya, hidup di dunia merupakan senda gurau, salah satu arti dari kutipan ayat Al-Qur`an. Maka, kenapa harus diambil pusing dan berebut tahta? Begitulah akhir dari Words Show bersama Pidi Baiq dengan cerita lainnya yang akan dikupas di video liputan kegiatan ini d Condong TV yang akan tayang minggu selanjutnya.[]
Sesi Tanda Tangan dengan Pidi Baiq
Ekskul Matapena berfoto bersama Pidi Baqiq
Artikel Lainnya
-
Pesan Ustadz Heppy untuk Pegiat Literasi Pesantren: Jadilah Jurnalis Profesional dan beradab
13/07/2020 | Teladan -
Nggak Suka Baca? Coba 7 Tips Berikut!
11/08/2019 | Motivasi -
Pendidikan Akhlak Refleksi Idul Adha
01/09/2017 | Motivasi -
Menikmati Kemegahan Piramida di Mesir
02/10/2017 | Rihlah -
KH. Mahmud Farid: Khidmah Merupakan Bakti Tertinggi Mahasiswa Guru Kepada Agama dan Pondok
01/05/2024 | Motivasi