May Day: Konsep Kesetaraan dan Keadilan dalam Islam

 

Ilustrasi: maydaysa.com

"Jika kau ingin berjalan dengan cepat, maka berjalanlah sendiri. Jika kau ingin berjalan jauh, maka berjalanlah bersama sama. Namun jika kau ingin berjalan sampai pada tujuan, berjalanlah bersama Allah SWT.

(Basofi Ashari Mappakaya)

Marx Ultah Hari ini? 

CONDONG-ONLINE - Sekedar intermezzo di hari penuh perjuangan ini. Sambil nyeruput kopi, lalu terhanyut dalam imajinasi masa 1886 mencoba membuka lembar sejarah yang tak lekang oleh waktu tentang perjuangan para buruh melawan para kapitalis demi keadilan bersama. Tepatnya hari ini, 1 May sering dikenal dengan Mayday dan hari pekerja dunia. Sebagian kalangan menganggap Mayday adalah momen menagih janji kepada elit untuk menunaikan tugasnya dalam menjamin kesejahteraan para pekerja di seluruh dunia. Ada juga sekelompok orang menjadikan Mayday sebagai momen kumpul bersama keluarga dan teman tercinta sambil ikut karnaval Mayday. Sayangnya, hanya sebagian kecil masyarakat yang tahu apa makna dibalik Mayday ini.

            Bagi aktivis berhaluan kiri yang gemar memperjuangkan semangat sosialisme sudah pasti menyambut momen ini penuh dengan persiapan. Ya, salah satunya demonstrasi dan fokus pada tuntutan pada kebijakan pemerintah. Salah satu, poin yang diserukan ialah kesejahteraan buruh dan kebijakan yang pro rakyat, bukan sebaliknya kebijakan pro kapitalis. Karena kalau kita melihat lebih jauh, jasa dan perjuangan para buruh begitu besar.

            Mari sejenak kita memandang gedung pencakar langit yang menjulang, lalu jembatan yang penuh artistik dan eksotis membentang sejauh mata memandang. Dalam setiap pesona keindahan itu, ada keringat mereka yang tak kenal lelah membangun negeri. Meski, kadang beban hidup membelenggu dan rasa adil masih jauh dari harapan. Mereka tetap berjuang hanya untuk menyambung hidup sehari dan melayani hasrat dan ambisi para penguasa pemilik sejuta modal.

            Jauh sebelum ini, “Sang Bapak Sosialis” Karl Marx menjelaskan bahwa ketimpangan antara buruh dan pengusaha akan terus terjadi selama proletar (buruh) masih dalam ketidaksadaran dan hilang kebebasan. Selama kaum borjuis menguasai alat produksi, selama itu para buruh akan ditindas oleh kejamnya dunia proyek, upah yang tak sebanding dengan usaha atau ketidakpastiaan janji-janji manis penguasa.

            Rasa tertindas dan ketidakadilan inilah yang kerap disuarakan oleh para aktivis kiri. Bayangkan saja hampir 7,02 juta tahun 2016 yang menganggur, dan dari sekian banyak pengangguran ini menjadikan pekerjaan buruh sebagai solusi untuk menyambung hidup. Ada yang menjadi kuli proyek, buruh di industri dan lainnya. Apalagi kalau tidak diberikan keadilan dan jaminan hidup.

            Sebenarnya, siapa yang salah?

            Tak patut menyalahkan siapa pun, saatnya kita memperbaiki bersama dan kembali berbenah tuk meningkatkan mutu pekerja Indonesia. Menjadi PR bersama bagi pemerintah, para pengusaha dan warga negara indonesia. Pemerintah harus bersungguh-sungguh menunaikan kebijakan mengenai perburuhan. Terpenting berikan upah yang layak bagi buruh dan disesuaikan dengan usaha dan jasa yang para buruh kerahkan. Bagi pengusaha, upayakan jaminan dan keselamatan para pekerja selama proyek berlangsung dan hindari tindakan eksploitasi buruh. Dan bagi warga negara, tingkatkan mutu hidup dengan peduli dan sungguh-sungguh dalam belajar dan bertekad membangun negeri ini agar gemah ripah loh jinawi.

            Bagaimana Islam menjadi solusi bagi masalah ini?

            Islam pernah menjadi pelita peradaban di masa kegelapan dunia barat, sudah seharusnya memberikan jawaban. Tepatnya dalam Fiqh Muammalah dijeslakan bahwa harus terdapat perjanjian atau kesepakatan kerja bersama antara penyedia jasa tenaga di satu pihak dengan penyedia pekerjaan di pihak lain tanpa melanggar hak dan kewajiban masing-masing. Meskipun ideologi-ideologi lain membicarakan urusan ini, tapi Islam berdiri untuk semua kalangan.            

             Islam berdiri untuk semua golongan, dengan semangat rahmatan lil ‘alamin seolah-olah memberikan angin segar. Dalam memandu hubungan pengusaha dan buruh, Islam memiliki prinsip muswah (kesetaraan) dan ‘adlah (keadilan). Dengan prinsip kesetaraan menempatkan pengusaha dan pekerja pada kedudukan yang sama, yaitu saling membutuhkan. Di satu pihak buruh membutuhkan upah dan di pihak lain pengusaha membutuhkan tenaga, maka pada saat menentukan hak dan kewajiban masing-masing didasarkan pada asas kesetaraan. Jadi tidak ada istilah saling eksploitasi satu sama lain. Semua akan berjalan lancar apabila kedua belah pihak saling percaya dan menjalankan hak dan kewajiban pada koridornya.

                Seperti yang dijelaskan oleh Drs. Fauzi Abubakar, M.Kom.I (Magister Komunikasi Islam) dari Aceh bahwa Islam juga memberi perhatian pada hak-hak lain buruh, seperti perlindungan, mendapat jaminan sosial, kemerdekaan berbicara, hak beristirahat (cuti), dan sebagainya. Sebagai solusi dari permasalahan ini ada baiknya kita kembali mengkajinya dari perspektif Islam dengan prinsip muswah dan ‘adlah itu.

                So, Sudahkah anda siap-siap memperjuangkan keadilan dan kesetaran?[]


News and Event / News    Dibaca 2.157x


Artikel Lainnya


Beri Komentar

  • TENTANG KAMI

    Majalah condong online seputar berita dan artikel tentang kajian/dunia islam, tips & inspiration, family, event, radio online, dll.

  • CONDONG-ONLINE.COM

  • Pengunjung Website